Sinopsis FTV
ANAK
TUNGGAL
Penulis:
Endik Koeswoyo
Usia Amar masih masih 10 tahun ketika
pertengkaran hebat di rumahnya terjadi. Sore itu Amar baru saja pulang bermain
bulu tangkis di lapangan kampungnya bersama anak-anak seusianya, rumahnya yang
sederhana sangat berantakan. Perabotan dan baju-baju berhamburan di ruang tamu.
Pak Toha, Ayah amar terbaring di dipan panjang yang ada di sudut ruang tamu,
dia sudah lama sakit lumpuh akibat sebuah kecelaan, ada kerusakan saraf
punggung yang harus di operasi, tetapi mereka tidak mapu karena biayanya mahal
untuk operasi dan terapi. Hari itu, Imah, Ibunya Amar memutuskan pergi dari
rumah itu karena sudah tidak sanggup lagi hidup bersama suaminya yang
sakit-sakitan tak kunjung sembuh. Amar sedih, dia hanya bisa menangis diambang
pintu ketika Ibunya berlalu dengan penuh emosi, membawa sebuah tas besar berisi
pakaian. Amar tidak tau harus berbuat apa.
Hari-hari berikutnya, kehidupan Amar
semakin susah, tidak ada ibu yang menyiapkan sarapan, tidak ada ibu yang
merawat Ayahnya. Sebelum berangkat sekolah, Amar jadi bingun sendiri, diaharus
masak, dan membantu Ayahnya ke kamar mandi. Amar sangat-sangat kerepotan
sehingga hari itu dia telah ke sekolah.
Di sekolah, Amar yang telat di hukum oleh
Bu Asni gurunya, untuk mengerjakan tugas di depan kelas, tetapi Amar tidak
bisa, semua anak tetawa. Ibu Guru yang emosi tanya ke Amar kenapa bisa telat? Amar
dengan ragu cerita semuanya, Bu Asni jadi terharu walau nggak yakin dengan
cerita Amar.
Sekolah udah selesai, saat pulang sekolah,
teman-teman Amar mengajak Amar bermain bulu tangkis, Amar tidak bisa, dia harus
segera pulang, Ibunya nggak ada di rumah, kasihan Ayahnya. Amar berlalu pulang,
walau sebenarnya dia sangat ingin bermain bulu tangkis di lapangan kampungnya.
Hari berikutnya, Amar tidak masuk sekolah.
Bu Asni tanya ke teman-teman sekolah Amar, tetapi tidak ada yang tau. Bu Asni
berniat nanti sore mengunjungi Amar. Rupanya pagi itu Amar tidak kesekolah
karena dia jualan kue di pinggir jalan. Kue yang diambilnya dari warung Bu
Neni, yang ada di ujung kampungnya. Amar yang berjualan sambil memakai baju
seragam di marahi sama Satpol PP. Amar diancam mau ditangkap kalau tidak pulang
dan sekolah. Amar kabur. Kuenya baru laku 4 biji, sisanya masih ada banyak. Kue
itu di kembalikan ke Warung Bu Neni. Bu Neni marah-marah, karena sudah dibilang
kalau jualan itu nggak gampang, tapi Amar ngotot. Amar jadi sedih. Hanya dapat
uang 2000,- hari itu.
Hari sudah sore, Amar tidak kunjung pulang.
Dia hanya tiduran di dekat lapangan bulu tangkis kampungnya. Saat itu ada
seorang pemuda kampung, Rendy yang muncul di lapangan bulu tangkis. Rendy
menggerutu karena dia tidak punya lawan tanding, dia terlalu cepat datang ke
lapangan bulu tangkis. Rendy yang bete mengajak Amar pemanasan. Amar menolak,
Amar yang lagi bete malah nyeletuk kalau saya menang lawan abang, abang mau
kasih apa? Rendy tertawa ngejek, kamu minta apa? Amar langsung nunjuk raket
milik Rendy dan bilang “plus uang lima puluh ribu”. Rendy langsung setuju,
Rendy anak orang kaya, dia punya banyak raket di rumahnya, bahkan kalau lagi main
bulu tangkis Rendy selalu bawa lebih dari satu raket untuk jaga-jaga. Kalau
Amar bisa ngalahin Randy satu set, Amar akan di kasih raket dan uang lima puluh
ribu. Amar senang, dengan semangat dia melawan Rendy bermain bulu tangkis.
Tetapi Amar menjadi bulan-bulanan Rendy. Amar kalah telak. Uang dia tak dapat,
raket juga tidak. Amar menangis. Rnedy jadi heran, kenapa menangis? Amar
cerita, dia bingung karena Ayahnya sakit. Rendy lalu kasih raket ke Amar, dan
uang 50 ribu. Amar menolak, besok saja kalau Amar bisa menang. Rendy ngakak,
Amar itu nggak bisa main bulu tangkis, Rendy akhirnya kasih pinjam raketnya,
buat latihan Amar, kalau Amar udah jago, mereka tanding lagi.
Amar pulang ke rumahnya dengan senang. Dia
punya raket yang dipinjamkan Rendy, juga beberapa ‘kok’ bekas yang dia ambil
dari lapangan. Tetapi Amar kaget, karena Bu Asni hari itu sudah ada di depan
rumahnya. Bu Asni menegur Amar yang tidak masuk sekolah. Amar bilang, jangan
bilang sama Ayahnya. Amar bingung, tadi coba jualan kue buat makan hari ini,
karena di rumahnya beras sudah habis. Bu Asni sangat penasaran, kemudian dia
mengajak Amar masuk rumahnya. Bu Asni terharu dengan kondisi rumah yang
berantakan. Bu Asni membersihkan rumah Amar, mengajari Amar memasak di dapur.
Kehidupan Amar semakin berat, dia kesana
kemari mencari uang untuk makan dan beli obat untuk ayahnya yang sakit.
Disela-sela kesibukannya sekolah dan mencari uang untuk bertahan hidup, Amar
berlatih bulu tangkis. Hingga akhirnya dia menantang Rendy lagi. Di lapangan
bulu tangkis, Rendy sudah selesai bermain dengan Popo temannya, Amar telat.
Amar mengajak taruhan Popo teman Rendy, dia yakin dia bisa menang. Kalau Amar
menang, Amar mendapatkan uang 100 ribu, kalau kalah Amar akan mencucikan baju
Popo selama seminggu, Popo setuju, meremehkan Amar yang masih anak kecil. Rendy
yang mau pulang jadi penasaran, kenapa anak ini ngotot banget pengen dapat
uang? Rendy menonton pertandingan itu. Amar jatuh bangun, bahkan lututnya
berdarah karen jatuh, tetapi dia tidak menyerah. Amar dengan susah payah menang
tipis dalam pertandingan satu set. Amar sangat senang dia mendapatkan uang 100
ribu sore itu. Sejak saat itu Amar selalu nantangin anak-anak kampung yang
lebih gede untuk bermain bulu tangkis. Amar selalu menang dan mendapat uang.
Taruhannya selalu sama, uang dan nyuji baju. Satu yang tidak bisa dikalahkan
Amar, Rendy. Amar akhirnya ke rumah Rendy untuk mencucikan baju. Di rumah
itulah Amar tau kalau Rendy adalah mahasiswa kedokteran, saat itu Amar sedang
asik ngerumpi dengan pacarnya Alika. Amar memohon Rendy untuk memeriksa ayahnya
yang sakit. Alika dan Rendy jadi penasaran dan datang ke rumah Amar. Rendy
kaget, Alika menangis ketika mereka melihat kenyataan hidup Amar yang harus
berjuang keras untuk Ayahnya. Rendy yang selama ini terkenal manja dan
ogah-ogahan kuliah jadi sadar, kalau Amar dan dirinya sebenarnya sama-sama anak
tunggal, tetapi beda nasib. Rendy sadar, Amar sangat membutuhkan bantuan Rendy.
Rendy akhirnya membantu Pak Toha berobat kerumah sakit. Alika dan Rendy
mengurus semua biayanya dengan mencari sumbangan ke teman-teman kuliahnya.
Akhirnya Pak Toha bisa sembuh berkat bantuan Rendy dan Alika. Amar? Dia kembali
menjadi anak biasa, menikmati masa kecilnya, sekolah dan bermain. Satu yang
kini menjadi cita-cita Amar, mencari ibunya. Amar akhirnya menjuarai turnamen
bulu tangkis di kampungnya, dia mendapat hadiah 1 juta. Amar senang, Rendy dan
Alika tanya, untuk apa uang itu? Amar bilang dia ingi pasang iklan di Koran,
dia mau menulis surat untuk ibunya. Amar ingin ibunya pulang. Alika sangat
terharu. Alika lalu membantu Amar untuk mengiklankan surat Amar di Koran. Dan
Akhirnya, Ibu Amar kembali ke rumahnya setelah membaca surat dan foto Amar di
sebuah koran. Surat itu sangat menyentuh. -sekian-
KETERANGAN:
Sinopsis FTV ini belum diproduksi. Jika anda membutuhkan sinopsis untk film layar lebar atau film televisi
silahkan menghubungi saya selaku penulis via email: endikkoeswoyo@gmail.com.
DAPATKAN PENAWARAN HOTEL-HOTEL TERBAIK INDONESIA DI SINI
Posting Komentar untuk "Sinopsis FTV "ANAK TUNGGAL" Penulis: Endik Koeswoyo"
Terimakasih Sudah Bersedia Membaca, tuliskan komentar anda dan saya akan berkunjung ke blog anda...